Saturday, September 29, 2018

Andri Muhammad Taufan: A Little Teacher

By: Yusni Tria Yunda.

NA: Tulisan ini kupersembahkan sebagai kifarat sunnat kepada korps SMP Negeri 13 Bandung, sebab penulis melakukan 3x taqrob zina syariat secara normal dan 1x zina normal*, serta 1x taqrob zina homo sèksual*(tiada normal), pleus taqrob zina secara hakèkat* pada saat bersekolah règuler di SMPN 13 Bandung ini, khususnya dalam masa waktu Tahun Ajaran 1994/1995 (saat penulis Kelas II) dan Tahun Ajaran 1995/1996 (saat penulis Kelas III), ketika Mela Parlina telah tiada menjadi Wakil Penulis dalam mengkoordinasi Kelas A sebagai Ketua Murid dan Wakil Ketua Murid beserta tanggung jawab moral penulis.

Setiap interaksi sosial sudah mencakup, baik langsung atau tidak langsung terhadap Invèntori Pengetahuan penulis, juga pengalaman.

Andri Muhammad Taufan, adalah satu contoh dari beberapa teman-teman terlama Penulis. Namun demikian norma-norma itu disebut aktivasi sosialitas nyata, tentu saja dapat dilepas dengan lingkungan yang mengitarinya.

Penulis pertama kali mengenal Andri, pada saat kami bersama-sama lagi bersekolah règulèr di Taman Kanak Kanak Delima, Kota Bandung, Tahun Ajaran 1986/1987. Saat itu penulis di Kelas A, dan Andri di Kelas B.

Kami telah akrab, dulu lagi buat kami sekolah ke Sekolah Dasar yang sama: SD Negeri Nilem IV, Kota Bandung, yang sangat dekat dari rumah kediaman kami masing-masing, juga dekat dengan TK Delima, tinggal menyeberangi Jalan Hurang benar tiba di SD Nilem.

Penulis dan Andri sama-sama daftar di SD yang sama, dan selanjutnya, selama 6 tahun berturut-turut kami berinteraksi di kelas yang sama selama bersekolah SD, bersama-sama dengan teman sekelas Andri saat TK (Kelas B): Egi Agliansyah, Mustika, Siti Sulistiawati, dan teman sekelas penulis saat TK (Kelas A): Gema Romadona.

Ada satu kegemaran Andri, yaitu menggambar. Bahkan Andri mengajarkan kepadaku beberapa tèknik bentuk-bentuk tiga dimènsi yang bervolumeu, seperti tangan dan kaki Voltus, satu nama robot tokoh kartun dalam film yang lebih terkenal saat itu. Dalam hal menggambar, Andri dan Egi kerap menunjukkan tingkat kemampuan dan bakat gambar yang seimbang, kemampuan merèka di atas kemampuan penulis.

Ke-dua, Andri, di antara teman-teman untuk mempuyai satu julukan yang berhubungan dengan satu mèrk makanan ringan, yang selama berminggu-minggu sering dikonsumsinya, "snack" bermèrek: Tic Tic, seperti mi yang lurus, bentuk panjang dengan rasa asin. Penulis dan beberapa teman juga menggemarinya, namun untuk terus dijuluki nisbahnya kepada Andri, sebagai: Andri Tik Tik.

Pada saat kami Kelas V, Andri kami mulai terlihat diminati bidang seni musik, cukup gitar. Pada saat teman-teman sebaya kami belum ada tulisan yang memahami cara bermain gitar, 

Andri telah terlebih dahulu mempelajarinya. Penulis, baru sedikit mengetahui cara bermain organ, dari Adik Matrilinèal Penulis yang ke-2: Irma Apriyani Priyatna, yang mendapkan kemampuannya dari Kaka Sepupunya: Sylvia Lukitasari, salah satu alumni SMPN 13 Bandung yang mendahului angkatan penulis dan Andri. Namun, dalam masalah ini telah membantu penulis dalam penjelasan dari Andri Ticer kelak.

Selepas Sekolah Dasar, penulis dan beberapa teman sekelas kami lanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Bandung, termasuk Andri Tik Tik. Sebagian besar dari kami BERKEMBANG di sana, dan kami tersebar di dalam berbagai kelas yang berbèda di SMPN 13 Bandung. Penulis ditempatkan di Kelas IA, dan Andri di Kelas IB, seperti pada saat kami TK, kelas kami A dan B, dan juga tersedia berdampingan bersebelahan.

Saat Kelas I SMP, Andri semakin bertambah kegemarannya bermain musik. Kami, beberapa teman lamanya, terutama penulis dan Egi Agliansyah, sering berkunjung ke rumah kediaman kake dan nenenya. Atas perannya ini, Andri menjadi 'ticer' bagi kami, "seorang guru musik" yang masih muda, alias "The Little Teacher". Dulu, kalau belajar gitar, kami dapat menemui Andri di rumah kediaman Nènènya: Ibu Soetikno, di Jalan Jongjolong, Kota Bandung, guna belajar dari Andri. Maka, Andri mengajari kami secara gratis. Kalau mengingat hal ini, dapat dinyatakan bahwa kami adalah murid-murid non formal yang memulai.

Dari pertemuan yang lebih intèns bersama Andri Tic Tic, penulis jadi mengetahui bahwa Andri adalah salahsatu kerabat dari Aki Soemantri Dendadimadja, yang mana Aki sering mengajak penulis ke Jalan Pulo Laut, Kota Bandung, tempat kediaman salah satu adiknya. Demikian pula Andri, sering berkunjung ke rumah yang sama. Nini Tita, begitu kami menyebut Nènè yang tinggal di salahsatu rumah di Jalan Pulo Laut tersebut.

Saat ini, Andri dan penulis mencatat bahwa di antara Bapa Budi (Ayah Majaji Penulis) dan Andri memiliki pertalian hubungan darah. Hal ini semakin meningkatkan kedekatan di antara penulis dengan Andri Tic Tic. Apalagi Pa Johny, seorang anggota BBC generasi lama, Bapanya Andri, sangat baik dan ramah kepada kami. Demikian pula ibunya: Bu Herni. Meskipun orang tua Andri secara umum menetap di daèrah Sarijadi, Kota Bandung bagian utara, dan Andri bersekolah di SDN Nilem di Jalan Nilem, Kota Bandung bagian selatan, namun Andri memiliki Nènè yang berdomisili di Jl. Jongjolong, sangat dekat dengan SD Nilem dan tempat-tempat kediaman teman-teman dekat kami: Egi Agliansyah, Ichsan Nugraha, Ricky Sofyan, dan penulis.

Pada Bulan Sèptember tahun 2018, penulis untuk Bapa Budi Priyatna hubungan persaudaraan di antara Nini Tita dengan Aki Soemantri. Menurut Bapa, merèka adalah saudara Sebapa berbèda ibu. Ini patrilinèal. Artinya, adik-adik perempuan penulis yang menjadi anak-anak kandung Bapa Budi, adalah saudara sebuyut dengan Andri. Sebagai ayah, Ibunya Andri memiliki hubungan dengan Nini Tita dari jalur Sukabumi, sebagai kampung halaman Bapanya Aki Soemantri Dendadimadja, yaitu: Buyut Dendadimadja.

Menjelang Tahun Ajaran 1994/1995 dan 1995/1996, penulis telah melakukan pembelajaran secara alami bersama teman-teman Andri di rumah Nènènya Andri: Bu Tikno, memungkinkan banyak orang belajar bersama di dalam rumah beliau. Keaktifan penulis dalam organisasi di luar sekolah juga memungkinkan penulis dan Andri melangsungkan interaksi. Namun, meskipun Andri bersama beberapa orang teman sekelasnya sama-sama dengan penulis mendaftar di BBC (Buah Batu Corps), yang mana penulis melakukan pendaftaran dari Ichsan Santana (Kelas A) dan Erwin Prayoga (Kelas C), dan Andri diperlukan usaha besar bersama bersama Sebagian besar teman-teman di Kelas B olèh teman sekelasnya di Kelas B: Briyanto Widaryono. Dengan demikian, pada 2 tahun pertama (1993/1994 dan 1994/1995), secara umum Kelas A, Kelas B, dan Kelas C, memerintahkan para anggota BBC, termasuk penulis.

Namun dari kegemaran bermusiknya, Andri menjadi sering terlihat lebih dekat dengan organisasi CRZ (Chromozome), dengan berbagi anggota BBC. Rupanya banyak teman kami yang berbakat di dalamnya (CRZ), yang mana pada saat itu CRZ penulis berafiliasinya dengan GBR (Grab on Road), tanggung jawab dari Organisasi Brigez (Brigade Tujuh). Adapun CRZ banyak anggotanya di Kelas G, diocok: Dadang, Asril dan Guntur (Igun).

Sementara itu, Egi Agliansyah dan Ichsan Nugraha, dua orang kawan sealmamater penulis dan Andri, lebih memilih Brigez sebagai organisasi luaran sekolah kami. Ini mèmang diadakan jauh sebelum operasi Maulana Iqbal ke Kelas E, Maulana Iqbal adalah seorang siswa pindahan dari SMPN 34 Bandung, yang telah lebih dulu berkecimpung dalan Membayar Organisasi Brigez. Jadi teman-teman sealmamater TK Delima dan SD Nilem IV tersebar di berbagai organisasi luar sekolah, bukan hanya satu organisasi tunggal, namun kami tetap mempunyai hubungan pertemanan yang baik meskipun berbèda organisasi. Terutama adanya peranan BBC yang mana keanggotaannya mendominasi secara kuantitas, dapat menjadi penengah manakala terjadi beberapa potènsi perselisihan yang masih dapat ditangani salam dalam kewilayahan kami.

Anèhnya, dalam banyak hal di luar sekolah, yang melahirkan pengetahuan yang berasal dari kegiatan persekolahan normal, dapat mengekang dan memutar tindakan-tindakan yang beresiko lebih fatal di kemudian hari. Itu yang disadari olèh penulis.

Misalnya pada saat penulis mendengar kabar bahwa Andri dan Lita melakukan uji pernafasan dengan penyaksian beberapa teman di luar keanggotaan gèng (organisasi luar sekolah) yang diikuti Andri (BBC), kemungkinan TKPnya di Kelas G yang didominasi olèh CRZ, namun Andri berani mencontohkan meskipun tiada kawannya yang sealmamater TK dan SD, ataupun seorganisasi BBC. Dia jantan, meskipun secara norma bukan hal yang lantas disebut pantas guna kami-kami lakukan pada saat itu.

Kemudian, pada saat saat (+ um) perpisahan angkatan jenjang kami, naiklah Kaliqi_Band ke panggung di depan publik membawakan lagu berjudul: "Cukup Siti Nurbaya"nya Dèwa 19, olèh: Andri Muhammad Taufan (gitaris mèlodi dari Kelas B), Mulya Raharja (vokal dari Kelas A), Indra (dramer dari Kelas B), dan Egi Agliansyah (gitaris ritem dari Kelas E).

Sedang penulis: 3 aytem pelanggaran dilakukan di luar hètèrogènitas seperti yang dilakukan olèh Sang Ticer, telah diungkapkan kepada Gugum dan Ichsan Santana, agar mendapat pengishlahan dari Kiki Rizki R (dari Kelas A) melalui mèdiatori Gugum sebagai pihak yang menurut penulis mèmang dihadirkan olèh Alloh guna bertemu dengan penulis agar diadakan suatu musyawaroh ishlah yang ikhlas di antara beberapa pihak yang dimampukan guna ditanganinya.

Sebagaimana Bimbingan dan Konsèling yang '2 mangkukna' dilakukan olèh sesama anggota BBC Oyster: Ichsan Santana (alumni Kelas A SMPN 13 Bandung), dan Gugum Subagja (alumni Kelas A SMPN 13 Bandung) kepada penulis, yang mana pada masanya kami beraktivitas di dalam organisasi tersebut sambil belajar, namun penulis kebablasan melupakan Kegiatan Belajar Mengajar règulèrnya, meskipun Prosès Belajar Mengajarnya tetap berlangsung di luar kelas règulèr, menunjukkan bahwa solidèritas pada tempatnya dari para alumni Kelas A dalam Organisasi Luar Sekolah yang sama (BBC) masih sangat kuat.

Atas kara-kara kesalahan penulis di luar sekolah yang mungkin telah pernah mempermalukan korps tempat penulis pernah bersekolah pada saat peristiwa terjadi, juga gèng yang mana penulis pernah aktif itu, memerlukan solusi yang tepat, dengan wakalah kepada pihak yang tepat dan juga berhak atas penyelesaiannya.

Ini pengakuan penulis mèmang sangat terlambat, setelah puluhan tahun berlalu dengan berlali, namun daripada tiada sama sekali. Se bab generasi kamipun perlu menuliskan permasalahan serta solusi-solusi kebaikan yang telah kami upayakan sebagai percontohan kepada generasi selanjutnya guna diambil kebenarannya dan disoroti kesalahannya dalam upaya mengetahui aspèk-aspèk benar dan salahnya suatu peristiwa di masa lalu.

Terhadap Mela Parlina, penulis telah mengetahui sebelumnya sebelum kami berada di belakang belajar yang sama di Kelas IA SMP Negeri 13 Bandung, yaitu ketika kami bertetangga di Parakan saat SD. Mela di SDN Cijagra (II?), Sementara penulis dan Andri di SDN Nilem IV, dan Gugum Subagja di SDN Nilem I. Namun indoktrinasi dari Tingkeu (salahsatu di antara beberapa Ibu Majaji penulis) Lihat juga bahwa orang-orang biasa suka diperjodohkan dengan orang lain kaya, yang mana guna mencegah pihak luar merèka dijodohkan dengan sesama saudaranya. Kara ini mengungkapkannya kepada penulis tentang mela pada saat kami belum bersekolah SMP. Maka penulispun merasa minder, dan tiada berharap kepada Mela. Penulispun lalu berakad bersama Amalia Sukma(+wati), teman sekelas penulis dan Andri di SDN Nilem IV, namun Amalia memutuskan penulis saat kami berbèda SMP (Amalia masuk ke SMPN 28 Bandung).

Ternyata kami, penulis dan Mela Parlina menjadi teman sekelas di Kelas A SMPN 13 Bandung. Namun makna kalimat Tingkeu masih melekat dalam pikiran penulis sehingga penulis hanya berteman saja dengan Mela, yang mana di lingkungan tempat kediaman kami saat itu keluarganya dikenal sebagai juragan terkaya. Namun mekanismeu pendidikan dalam hal dèmokrasi di sekolah menengah ini membuat kami justru menjadi pasangan Ketua Kelas dan Wakil Ketua Kelas pada Tahun Ajaran 1993/1994 (Kelas IA, dengan Wali Kelas: Ibu Èmi, merangkap Guru Pendidikan Moral Pancasila (mungkin sekarang menjadi PPkN)). Dan Mela menjalankan peranannya dengan sangat baik.

Tahun Ajaran 1994/1995, penulis menjadi Ketua Kelas lagi, dengan wali Kelas: Ibu Èndang, merangkap Guru Kesenian, dan kali ini bukan dipasangkan dengan Mela Parlina sebagai Wakil Ketua Muridnya, tapi dengan Kiki Rizki Refianti. Secara "prudent", dengannyalah penulis pernah melakukan 3 kali taqrob zina syariat di luar lingkungan dan tanggung jawab korps, namun dikhawatirkan èfèknya mencemarkan nama baik korps kami. Maka kami (Pasangan Ketua Murid Kelas IIA dan Wakil Ketua Murid IIA), bukan pasangan Ketua Murid Kelas IA dan Wakil Ketua Murid Kelas IIA, memohon maaf kepada satuan-satuan korps di mana kami pernah berèksistènsi.

Meskipun demikian, penulis sesalah itu, namun Gugum gunalah yang menjadi kekuatan penulis dalam kara tadi.

Ini objèktif. Sehubungan yang terjadi di antara penulis dengan Gugum saat itu (1994/1995 dan 1995/1996) adalah peringatan secara halus atas pengkhiatan penulis kepada Wakil Ketua, sebagaimana aytem-aytem di luar taqrob zina normal secara syariat di dalam NA tulisan ini. Namun seorang teman penulis dan Andri, yang bernama Yadi Suryadi alias Cècè,

 telah menunjukkan solidaritasnya kepada penulis yang merugikan Gugum atas peringatan halus Gugum kepada penulis dan Kiki. Maka sehubungan tindakan teman sealmamater penulis dan Andri itu (Yadi Suryadi) telah merugikan Gugum Subagja pada masanya dan berhubungan langsung dengan penulis yang dibèlanya, maka tahun ini penulis memintakan pula ishlah dari Gugum atas nama Yadi Suryadi (Cècè), sehubungan ketika Gugum dan Yadi ada kesempatan berjumpa beberapa tahun yang lalu di Mc. DONALD Buah Batu sebagai almamater usaha Gugum, Yadi yang saat itu bersama dengan Maulana Iqbal dan Wulan Sri Andini (keduanya alumni Kelas IIIE SMPN 13 Bandung), belum sempat berishlah dengan Gugum. Dan Gugum telah menjaharkan ishlahnya untuk Cècè kepada penulis.

Sehubungan periode keterjadian adalah dalam masa perwalian Guru Kesenian, adalah hal yang tepat untuk menulis naskah untuk para seni senior: Andri Tic Tic, yang telah menjadi profèsionalismeunya sejak kami SD hingga dalam beberapa waktu terakhir. Dan penulispun tiada lupa bahwa keberaniannya mengadu nafas, telah menginspirasi kepenasaran penulisnya yang terjadilah yang empat paragraf di atas: ungkapkan. 

#TQ to #Clinik clean ANDRI TEACHER.


* Item item yang menjadi hak Gumgum Subagja pleus Ichsan Santana guna-guna penulis memintakan ishlahnya dari yang berhak secara langsung pada saat itu, berhubungan dengan hal-hal yang dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan para teman terdekat kami. Sarang publik yang penulis yang menguraikannya secara langsung sebagai latar belakang dari terjemahan surat an_Nuur ayat 2 hingga 8.


___
Suntingan-1: Sabtu, 17/12/2018: menambahkan tautan ke Ichsan Santana, mengedit paragraf ke-11 dan ke-13 (mengubah penulisan nama Bu Eni, menjadi Bu Herni).

Suntingan-2: Minggu, 02/02/2020: menautkan beberapa URL.

Thursday, September 27, 2018

Natalaba: Past Performence

Gagasan guna mendirikan badan perusahaan dari CV, telah muncul dalam benak penulis masih bekerja di Bank Rakyat Indonèsia. Sebelum bertemu dengan beberapa orang yang menjadi penulis, penulis telah menemukan peluang-peluang untuk mencapai tujuan bersama dengan para pelaku usaha tertentu dan melakukan analisis terhadap aspèk-aspèk usaha merèka.

Mereka adalah orang-orang yang suka menulis tentang kegiatan dan orang-orang yang bekerja di tempat yang berbeda, yang kemudian disebut sebagai cara-cara untuk mencapai tujuan. Selanjutnya, Berbagai kondisi dan gerakan sebagai seorang duda. Sangat kuat untuk memiliki kegiatan yang baik dari banyak aspek peninjauan.

Kondisi psikologis menulis saat itupun lagi kurang stabil diulang untuk menerima Pelajaran. Dengan penulis, yaitu Para Anak Kandung Penulis setelah perceraian penulis dengan Ibu Kandung merèka. Kenyataan ini tidak mudah, tetap dan tetap menumbuhkan semangat dalam kondisi dijauhkan dari sumber-sumber awal, yaitu berkeluarga sakinah.

Saat itu penulis tinggal, berpindah-pindah rumah kediaman yang penulis sèwa selama sebaliknya. Suasana pemandian yang sepi, dengan guna gunamempunyai jejak kesuksèsan para pengusaha yang secara langsung telah dilakukan perjuangannya, memungkinkan pengguna untuk memadatkan aktivitas dari waktu-waktu yang ada agar tidak sampai sia-sia.

Beberapa kegiatan dilakukan penulis, selain rutinitas bekerja dengan sistem absen rutin. Diahlian, mereka adalah kelompok sosial di grup-grup bermèdia_sosial internèt, dan survèy dan percobaan-percobaan usaha ril di lapangan. Kesepian telah membuat penulis aktif melalui potènsi-potènsi, baik yang berasal dari dalam diri sendiri dari èksternal.

Meni`mati kopi manis diseduh udara panas pada Pagi hari, bersama roko pabrikan, adalah kegiatan penunjang konsèntrasi penulis dalam menyimpulkan jalan peluang-peluang usaha. Terkadang sambil mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum diletakan di kantor tempat menulis bekerja saat itu. Semua dapat dilajukan dalam satu waktu yang sama, yaitu pada PEKERJAAN hari sebelum berangkat ke tempat absen.

Namun seringpula penulis menemukan hal-hal yang berbeda. Kegiatan itu berasal dari kantor, penulis lakukan sepanjang malam, begadang hingga menjelang Sholat Shubuh. Namanya duda, penulis belum dapat memenaatj optimal, sebab tiada pasangan Berguna dapat saling berhadapan dengan tujuan masing-masing.

Perkenalan bersama dengan beberapa pihak yang menghasilkan produksi dalam konteks yang lebih baik, dan yang dapat digunakan, yaitu untuk apa saja dan kualitas dari berbagai produk dan layanan yang lebih baik dari penulis-yang akan membantu diprospèk.

Ternyata Cara Yang Dilakukan oleh Penulis Cukup Efektif, pantas dengan itu Pemasaran Oleh Penulis Terhadap Produk-Produk para Calon Nasabah peminjam dan para debitur eksisting, MEMBUAT Penulis sebagai Petugas perèkomèndasi Dan Analisa Pengajuan Kredit Menjadi LEBIH mengetahui penulis alami langsung.

Dianggotaan Dari aspèk harga jual. Jika Anda adalah pemrogram, maka Anda dapat menggunakan produk-produk yang Anda inginkan, penulis untuk mengetahui produk-produk apa yang Anda inginkan. Produk-produk yang tersedia dapat memberikan beberapa pertanggungan jawab bagi para pelaku penyalurnya, dan dalam waktu yang singkat dari pihak-pihak yang mampu memberikan peluang-peluang laba, adalah hal yang paling menguntungkan di bidang sebagai tèhnik c ross_check kelayakan pengajuan pinjaman.

Selain ITU, Pola-pola yang TINGGI dari Peranan Dari Suatu Potensi Produk PADA kenyaataan Yang Dilakukan Langsung, pihak PENGELOLA Pengajuan Kredit (akun pribadi) tentu akan Menjadi LEBIH Memahami Potensi-Potensi Peluang berikut Potensi-Potensiasi Dari Produk-Produk Merèka hearts Suatu Saat Tertentu yang lagi dikaji. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, maka dapat menjadi masukan atas berbagai sektor.

Demikian pula bagi sèktor perdagangan yang sifatnya dinamis. Spesifikasi produk dan perputaran yang rasional dari kegiatan Perdagangan khusus dalam masa perdagangan, yang lain dapat digunakan untuk itu. Kebijakan-kebijakan terhadap dèbitur, dengan demikian, akan menjadi lebih objèktif.

Ini adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengakses aktivitas yang digunakan untuk membiasakan diri.

Selanjutnya:
Lihat satu sèmpel produk yang dikaji: Serbèt Produksi KJA.

KJA: Suplayer Serbèt Berkualitas

Satu di antara beberapa pekerjaan yang penulis kerjakan ujicobanya secara langsung adalah produksi serbèt dan handuk di Kecamatan Ibun. KJA adalah nama pabrik pembuatnya. Penulis membeli beberapa produk produk KJA, dan kemudian menjualnya, baik secara langsung maupun online melalui mitra-mitra usaha. Balik olèh penulis sejak tahun 2013 hingga tahun 2015.



Hasil pengujian, produk serbèt produksi KJA terbukti memiliki daya tahan yang kuat untuk masa susutnya. Ini adalah hasil dari Rumah Makan Cipancar, di Cibedug, Kecamatan Limbangan, Kabupatèn Garut. Rumah Makan Cipancar adalah rumah makan yang ramai pengunjung, memungkinkan Anda untuk tinggal di rumah tangga, bukan komersil.

Setelah 4 tahun, pada tahun 2017, penulis berkunjung ke rumah itu, ternyata mereka juga memproduksi KJA yang dapat digunakan untuk Rumah Makan Cipancar. Susutnya sangat sedikit dalam masa waktu yang sangat lama, dengan frèkuènsi pemakaian yang sangat sering. Dengan kata kunci yang masih awètnya adalah produksi dari KJA dibandingkan dengan tiga indikator (kadar susut, masa susut, dan frèkuènsi pemakaian), penulis dapat menyimpulkan bahwa produk Kja atas aytem serbètnya adalah sangat baik.

Demikian juga dengan penggunaan dalam rumah tangga, beberapa sèmpel konsumèn menunjukkan kualitas yang baik dari aytem ini, yang diindikator dengan keawètan serbèt oral telah menggunakan beberapa tahun dan dalam frèkuènsi yang cukup sering.


Friday, September 14, 2018

Hutang Invèstasi

Ciri - ciri:
1. Masa susut lambat:
    1.1. Selain kara konsumtif komèrsil.
    1.2. Barang strategis (Banyak diperlukan masyarakat):
          Mèrek - mèrek yang telah laris di pasaran.
          Contoh: Djarum Coklat.

2. Dapat produktif.
    2.1. Digunakan menghasilkan Pos_Kas.
            Contoh: Djarum Coklat mudah dijual ulang.

3. Nilai cenderung meningkat.
    3.1. Permintaan pasar meningkat. (Kelangkaan dibanding Jumlah Orderan).

Lihat dalam: Bahasa Sunda./ Bahasa Acèh. / English .

___
Èditan ke-1: 14/09/2018, pada Pilihan:

Lanjutkan dalam Bahasa Bahasa Indonèsia.

Tuesday, September 11, 2018

Pengobatan M. Yusuf H.S: Pengalaman Penulis Menjalin Kemitraan

Olèh: Yusni Tria Yunda.

Pengobatan M. YUSUF H.S., beralamat praktèk di Cangkuang, Ciluncat, Kabupatèn Bandung.

Tokoh yang olèh penulis akrab dipanggil dengan sebutan: 'Bang Yus' ini dikenal olèh penulis sejak tahun 2006, melalui kedekatan penulis dengan Syèch Mochammad Yusuf. Keduanya mempunyai keahlian di bidang ilmu pengobatan alternatif melalui mètodeu tradisional beserta tèhnik-tèhnik tertentu yang akan dilakukan sesuai dengan kondisi para pasièn yang berobat.

Pada tahun 2006 - 2007, ketika penulis lagi berdomisili di Kecamatan Banjaran dan kemudian di Kecamatan Balèèndah, Kabupatèn Bandung, penulis dan Bang Yus sering melakukan aktivitas bersama-sama meskipun dalam bidang pekerjaan masing-masing, namun kami sering bersama-sama dalam perjalanan.

Demikian pula pada tahun 2013 dan 2014, Bang Yus juga giat menambah bidang usahanya, yang mana pada saat itu selain tetap membuka praktèk pengobatan tradisional, Bang Yus aktif berdagang bersama penulis yang pada saat itu lagi berusaha merintis sebuah CV bernama Natalaba bersama 3 orang rèkan penulis: M.Akbar Alamsyah, Nurohman, dan Bagja Gumelar, yang mana Natalaba berperan dalam posisi sebagai suplayer dan pedagang penyalur guna diperdagangkan lagi olèh para mitranya, termasuk Bang Yus, berbentuk berbagai aytem barang-barang tèkstil hasil produksi dari beberapa konvèksi di kewilayahan Kabupatèn Bandung.

Bang Yus, meskipun mempunyai keahlian di bidang pengobatan alternatif bermètodeu tradisional, serta sebagai orang kelahiran Acèh, olèh penulis dan beberapa kawan, namanya dipanggil Bang Yus saja, tanpa julukan Syèh di depan namanya, namun panggilan: 'Tengku' sering penulis dengar serta dilakukan pula olèh teman-teman lainnya kepadanya, sebagai suatu panggilan yang akrab dan mèmang nyamannya seperti itu.

Dalam mengobati pasièn-pasiènnya, Bang Yus seringkali tiada membebankan biaya yang sekiranya di luar jangkauan pasiènnya.

Adapun dalam perdagangan selama bermitra bersama penulis dan Natalaba, Bang Yus tiada pernah mempunyai bon kuning tanpa rincian, sehubungan di bawah Bang Yus ada beberapa orang mitranya yang disuplaynya pula, sehingga stok Natalaba berputar sebagaimana seharusnya dalam kemitraan bersama Bang Yus. Dan hingga pada tahap terakhir Delivery Order dibuat, semua telah menjadi bon putih, lunas.

Adapun sistem kemitraan yang kami lakukan saat itu (2013 dan hingga 2014) adalah bagi hasil (mudhorobah) yang mana penulis dan tim Natalaba memberitahukan sejumlah HPP atas tiap-tiap aytem yang kami suplay kepadanya, dan demikian pula Bang Yus dan timnya: memberitaukan kami mengenai harga jualnya kepada para mitra tautannya. Sebagai bentuk ril bagi_hasil yang kami lakukan adalah pembagian laba kotor yang telah kami sepakati sebelumnya, dengan kondisi: hanya dapat kami bagi jika mèmang barang komoditi telah terjual dan menjadi Pos Kas, dan apabila sejumlah stok telah keluar dari catatan stok yang ada pada tim Bang Yus, maka kami belum menganggapnya sebagai suatu penjualan. Jadi, sistem yang kami berlakukan terhadap para mitra tautan dari jalur Bang Yus adalah semacam konsinyasi, bukan Term of Payment.

Posisi dan pertumbuhan penjualan selama kami bekerjasama selalu lancar dan menunjukkan angka pertumbuhan secara perlahan namun pasti. Saat itu rèsiko usaha ditanggungjawabi olèh masing-masig tim sesuai dengan peranannya, yang mana rèsiko tempat usaha apabila disèwa dan dipergunakan sebagai gudang mitra, maka hal it ditanggung olèh tim Bang Yus, yang mèmang merangkap pula sebagai tempat domisili fisik serta alamat usaha praktek pengobatan sebagai usaha inti bagi Bang Yus.

Adapun rèsiko-rèsiko biaya-biaya operasional atas pencarian komoditi baha stok di lapangan (searching secara off line) yang akan dikirimkan kepada timnya, baik atas inisiatif penulis sendiri maupun atas Purchasing Order dari Tim Bang Yus, adalah ditanggung dari penulis.

Saat itu penulis seolah-olah berjuang sendirian di antara Tim Natalaba yang dibentuk olèh 4 orang tadi (termasuk penulis). Kara ini sehubungan bahwa M.Akbar Alamsyah yang berperan sebagai Dirèktur Utama, jarang turun langsung ke lapangan off_line, namun menanggung sebagian besar permodalan dalam bentuk Pos Kas yang merupakan isi Pos Modal Disetor. Adapun Nurohman, pada saat itu sebagai penyedia alamat deu yureu bagi alamat tempat usaha (kantor CV.Natalaba) namun secara praktèknya pertanggungjawaban pengelolaan harian ditangani olèh penulis.

Demikian pula dengan Bagja Gumelar kurang aktif secara off line, yang demikian pula dengan Nurohman yang kurang aktif (namun cukup aktif dibandingkan dengan rèkan penulis yang 2 orang tersebut) tapi sesuai dengan kapasitasnya sebagai Sekutu Pasif, dan seolah-olah hanya penulis yang aktif baik dalam hal membagi waktu maupun konsèntrasi sebab kami bertiga sebenarnya adalah masih berstatus sebagai para karyawan perusahaan lain, namun bertèkad agar dapat berdiri sendiri. Pada saat menjelang kami (CV. Natalaba) mengalami kevakuman, Bagja Gumelar memberitakan bahwa tender pengadaan wèb didapatkan olèh tim rekanannya guna memenuhi keperluan Musieum UPI. Masalah tèknis dan sebagainya akan dilaksanakan olèh timnya sebagai sab dari CV. Natalaba pada saat itu. Namun progrèss serta tindak lanjut dari proyèk tersebut belum penulis ketahui hingga saat tulisan ini dibuat, sehubungan kami sulit berhubungan komunikasi dengan Bagja Gumelar.

Namun kondisi keterikatan penulis dengan tanggungjawab pekerjaan penulis di tempat kerja terdahulu lancar, demikian pula dalam pengelolaan Natalaba secara off line. Hal ini tentunya berkat adanya kerjasama yang baik di antara penulis dengan para mitra kami, di antaranya adalah:

1. Bang Yus.
2. Parlina D.
3. Zaitun Nurul Yunda.
4. Bang Enjang.
5. Mba Agustin.
6. Hèsty.
7. Ibu Mertuanya M.Akbar Alamsyah.
8. Istri dari Nurohman.
9. Lainnya yang mana penulis lupa, serta catatan yang bersèrakan sebab penulis selalu tiada mempunyai tempat berdomisili yang tetap seiring dengan terjadinya 2 perceraian pernikahan penulis dan kondisi keuangan penulis yang lagi belum memadai lagi guna memulai suatu home base yang tenteram agar dapat berfokus lagi terhadap banyak kara yang belum tuntas.

Transparansi dan saling kepercayaan di antara kami (penulis dan Bang Yus, juga dengan para mitra lama yang lainnya), masih berlangsung hingga hari ini pada saat tulisan ini penulis susun. Namun aktivitas usaha bersama kami lagi tiada berlangsung secara bersama-sama.

Mengenai pengalaman penulis dalam hal diobati olèh Bang Yus, mèmang belum pernah secara langsung, selain diajari cara membuat otot-otot dan tulang punggung lurus secara ditekan dan dibunyikan dalam posisi tèknis (poseu) tertentu. Dan penulis juga pernah mengantar Bang Yus ke tempat pasiènnya, mengidap sakit di daèrah Kopo Sayati, Bandung. Pasiènnya sembuh.

Di luar kisah pengalaman fisik, penulis mempunyai kesan yang kuat dan simpatik kepada Tokoh Bang Yus ini, yaitu dalam 2 kali iven yang berbèda waktu. Bahwa penulis pada tahun 2015 lagi membantu sahabat kami: Syeh Mochammad Yusuf, dalam promosi pengembangan usaha di Dèsa Cimaung. Pada saat itu penulis lagi sering-seringnya mendalami spiritual, termasuk belajar berdzikir secara jahar.

Ternyata èfèk yang penulis rasakan dari pendalaman spiritual itu begitu luar biasa, yang mana secara logika dan naluriah, penulis jadi dapat mendètèksi adanya petunjuk-petunjuk yang berupa peringatan-peringatan atas beberapa kara dosa dan kesalahan penulis, terutama dosa dan kesalahan yang mana pada saat penulis melakukannya merasa tiada orang yang mengetahuinya, yaitu dalam kara: masturbasi.

Sangat konyolnya adalah ketika pada suatu saat penulis menyadari hal tersebut pernah penulis lakukan dengan cara membayangkan 2 orang perempuan yang lagi menjadi istri para sahabatku tersebut. Suatu dorongan dari dalam bathin penulis menuntut agar penulis memberikan pernyataan pengakuan serta pengajuan permintaan maaf kepada dua orang laki-laki yang menjadi sahabat penulis ini.

Ketika penulis baru menyampaikan prolog di depan keduanya mengenai kara yang hendak penulis nyatakan, sehubungan penulis merasa kehilangan kenyamanan pada saat berdzikir apabila kara-kara tersebut belum dilakukan olèh penulis, Bang Yus tiba-tiba memotong arah pembicaraan penulis yang pada saat itu bathin penulis telah memprioritaskan guna menyatakan kepada Syeh Mochammad Yusuf terlebih dahulu sehubungan kejadian masturbasi yang membayangkan istrinya itu terjadi lebih dahulu daripada kejadian membayangka istri Bang Yus.

Penulis ngotot, hendak menyatakannya. Tapi anèhnya, Bang Yus seperti semampu mungkin mencegah penulis menyatakan isi bathin penulis pada saat itu, dengan cara disuruhnya penulis guna membacakan Surat al-Faatihaah di depan merèka berdua, serta ditanyai beberapa pertanyaan mengenai tata cara bersuci.

Penulis merasa kecèwa, olèh sebab beban bathin penulis belum tercurahkan kepada yang mèmang seharusnya berhak memberikan maafnya. Namun menyaksikan keseriusan Bang Yus dalam menyuruhku mengajikan (membacakan) surat tersebut secara benar, maka penulispun urung menyatakan kelanjutan prolog penulis kepada Syech Mochammad Yusuf, dan memilih menuruti kata-kata Bang Yus mengenai hal ibadah tersebut.

Maka alternatif tadilah yang akhirnya kupilih.

Seiring waktu, 2 tahun kemudian, pada tahun 2017 penulis merasa ada benarnya isi inti dari kata-kata Bang Yus yang dinyatakannya pada tahun 2015 itu. Dengan menundanya sambil belajar kepada satu orang sahabat merèka yang lain, yaitu: Bang Din, kesiapan mèntal penulis menjadi lebih daripada pada tahun 2015 tadi.

Setelah itu, kesempatan tiba. Tahun 2017 penulis telah menyatakan perbuatan penulis tadi, kepada Syech Mochammad Yusuf juga kepada istrinya, dan prosedur salam (keselamatan) yang seharusnya, kami laksanakan.

Adapun terhadap Bang Yus, yang pada tahun 2015 itu berupaya mencegah penulis menyatakan kepada 2 orang suami dari 2 orang perempuan yang mana sosok istrinya masing-masing pernah kubayangkan dalam aktivitas masturbasiku itu, baru dipertemukan kesempatan kami guna mengislahkannya pada tahun 2018 ini.

Hampir 2 tahun penulis dikondisikan terlebih dahulu olèh berbagai peristiwa dan para pihak, hanya agar dapat menjaharkan secara benar kara-kara yang pernah penulis lakukan, sama seperti mendholimi Syech Mochammad Yusuf. Dan hampir 3 tahun penulis belum dipertemukan dengan kondisi yang dianggap memungkinan guna menjaharkannya kepada Bang Yus beserta istrinya.

Jadi antara rasa malu, rasa terbebani, rasa sedih, semua berbaur menjadi suatu hal yang menurut penulis seperti itulah keyakinan di luar dan di dalam. Akhirnya tiada lagi beban yang membuat hilangnya kenyamanan di dalam bathin. Subhanalloh dan Alhamdulillah.

Demikian tèstimoni sekaligus laporan penulis kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Salam.