Saturday, September 29, 2018

Andri Muhammad Taufan: A Little Teacher

By: Yusni Tria Yunda.

NA: Tulisan ini kupersembahkan sebagai kifarat sunnat kepada korps SMP Negeri 13 Bandung, sebab penulis melakukan 3x taqrob zina syariat secara normal dan 1x zina normal*, serta 1x taqrob zina homo sèksual*(tiada normal), pleus taqrob zina secara hakèkat* pada saat bersekolah règuler di SMPN 13 Bandung ini, khususnya dalam masa waktu Tahun Ajaran 1994/1995 (saat penulis Kelas II) dan Tahun Ajaran 1995/1996 (saat penulis Kelas III), ketika Mela Parlina telah tiada menjadi Wakil Penulis dalam mengkoordinasi Kelas A sebagai Ketua Murid dan Wakil Ketua Murid beserta tanggung jawab moral penulis.

Setiap interaksi sosial sudah mencakup, baik langsung atau tidak langsung terhadap Invèntori Pengetahuan penulis, juga pengalaman.

Andri Muhammad Taufan, adalah satu contoh dari beberapa teman-teman terlama Penulis. Namun demikian norma-norma itu disebut aktivasi sosialitas nyata, tentu saja dapat dilepas dengan lingkungan yang mengitarinya.

Penulis pertama kali mengenal Andri, pada saat kami bersama-sama lagi bersekolah règulèr di Taman Kanak Kanak Delima, Kota Bandung, Tahun Ajaran 1986/1987. Saat itu penulis di Kelas A, dan Andri di Kelas B.

Kami telah akrab, dulu lagi buat kami sekolah ke Sekolah Dasar yang sama: SD Negeri Nilem IV, Kota Bandung, yang sangat dekat dari rumah kediaman kami masing-masing, juga dekat dengan TK Delima, tinggal menyeberangi Jalan Hurang benar tiba di SD Nilem.

Penulis dan Andri sama-sama daftar di SD yang sama, dan selanjutnya, selama 6 tahun berturut-turut kami berinteraksi di kelas yang sama selama bersekolah SD, bersama-sama dengan teman sekelas Andri saat TK (Kelas B): Egi Agliansyah, Mustika, Siti Sulistiawati, dan teman sekelas penulis saat TK (Kelas A): Gema Romadona.

Ada satu kegemaran Andri, yaitu menggambar. Bahkan Andri mengajarkan kepadaku beberapa tèknik bentuk-bentuk tiga dimènsi yang bervolumeu, seperti tangan dan kaki Voltus, satu nama robot tokoh kartun dalam film yang lebih terkenal saat itu. Dalam hal menggambar, Andri dan Egi kerap menunjukkan tingkat kemampuan dan bakat gambar yang seimbang, kemampuan merèka di atas kemampuan penulis.

Ke-dua, Andri, di antara teman-teman untuk mempuyai satu julukan yang berhubungan dengan satu mèrk makanan ringan, yang selama berminggu-minggu sering dikonsumsinya, "snack" bermèrek: Tic Tic, seperti mi yang lurus, bentuk panjang dengan rasa asin. Penulis dan beberapa teman juga menggemarinya, namun untuk terus dijuluki nisbahnya kepada Andri, sebagai: Andri Tik Tik.

Pada saat kami Kelas V, Andri kami mulai terlihat diminati bidang seni musik, cukup gitar. Pada saat teman-teman sebaya kami belum ada tulisan yang memahami cara bermain gitar, 

Andri telah terlebih dahulu mempelajarinya. Penulis, baru sedikit mengetahui cara bermain organ, dari Adik Matrilinèal Penulis yang ke-2: Irma Apriyani Priyatna, yang mendapkan kemampuannya dari Kaka Sepupunya: Sylvia Lukitasari, salah satu alumni SMPN 13 Bandung yang mendahului angkatan penulis dan Andri. Namun, dalam masalah ini telah membantu penulis dalam penjelasan dari Andri Ticer kelak.

Selepas Sekolah Dasar, penulis dan beberapa teman sekelas kami lanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Bandung, termasuk Andri Tik Tik. Sebagian besar dari kami BERKEMBANG di sana, dan kami tersebar di dalam berbagai kelas yang berbèda di SMPN 13 Bandung. Penulis ditempatkan di Kelas IA, dan Andri di Kelas IB, seperti pada saat kami TK, kelas kami A dan B, dan juga tersedia berdampingan bersebelahan.

Saat Kelas I SMP, Andri semakin bertambah kegemarannya bermain musik. Kami, beberapa teman lamanya, terutama penulis dan Egi Agliansyah, sering berkunjung ke rumah kediaman kake dan nenenya. Atas perannya ini, Andri menjadi 'ticer' bagi kami, "seorang guru musik" yang masih muda, alias "The Little Teacher". Dulu, kalau belajar gitar, kami dapat menemui Andri di rumah kediaman Nènènya: Ibu Soetikno, di Jalan Jongjolong, Kota Bandung, guna belajar dari Andri. Maka, Andri mengajari kami secara gratis. Kalau mengingat hal ini, dapat dinyatakan bahwa kami adalah murid-murid non formal yang memulai.

Dari pertemuan yang lebih intèns bersama Andri Tic Tic, penulis jadi mengetahui bahwa Andri adalah salahsatu kerabat dari Aki Soemantri Dendadimadja, yang mana Aki sering mengajak penulis ke Jalan Pulo Laut, Kota Bandung, tempat kediaman salah satu adiknya. Demikian pula Andri, sering berkunjung ke rumah yang sama. Nini Tita, begitu kami menyebut Nènè yang tinggal di salahsatu rumah di Jalan Pulo Laut tersebut.

Saat ini, Andri dan penulis mencatat bahwa di antara Bapa Budi (Ayah Majaji Penulis) dan Andri memiliki pertalian hubungan darah. Hal ini semakin meningkatkan kedekatan di antara penulis dengan Andri Tic Tic. Apalagi Pa Johny, seorang anggota BBC generasi lama, Bapanya Andri, sangat baik dan ramah kepada kami. Demikian pula ibunya: Bu Herni. Meskipun orang tua Andri secara umum menetap di daèrah Sarijadi, Kota Bandung bagian utara, dan Andri bersekolah di SDN Nilem di Jalan Nilem, Kota Bandung bagian selatan, namun Andri memiliki Nènè yang berdomisili di Jl. Jongjolong, sangat dekat dengan SD Nilem dan tempat-tempat kediaman teman-teman dekat kami: Egi Agliansyah, Ichsan Nugraha, Ricky Sofyan, dan penulis.

Pada Bulan Sèptember tahun 2018, penulis untuk Bapa Budi Priyatna hubungan persaudaraan di antara Nini Tita dengan Aki Soemantri. Menurut Bapa, merèka adalah saudara Sebapa berbèda ibu. Ini patrilinèal. Artinya, adik-adik perempuan penulis yang menjadi anak-anak kandung Bapa Budi, adalah saudara sebuyut dengan Andri. Sebagai ayah, Ibunya Andri memiliki hubungan dengan Nini Tita dari jalur Sukabumi, sebagai kampung halaman Bapanya Aki Soemantri Dendadimadja, yaitu: Buyut Dendadimadja.

Menjelang Tahun Ajaran 1994/1995 dan 1995/1996, penulis telah melakukan pembelajaran secara alami bersama teman-teman Andri di rumah Nènènya Andri: Bu Tikno, memungkinkan banyak orang belajar bersama di dalam rumah beliau. Keaktifan penulis dalam organisasi di luar sekolah juga memungkinkan penulis dan Andri melangsungkan interaksi. Namun, meskipun Andri bersama beberapa orang teman sekelasnya sama-sama dengan penulis mendaftar di BBC (Buah Batu Corps), yang mana penulis melakukan pendaftaran dari Ichsan Santana (Kelas A) dan Erwin Prayoga (Kelas C), dan Andri diperlukan usaha besar bersama bersama Sebagian besar teman-teman di Kelas B olèh teman sekelasnya di Kelas B: Briyanto Widaryono. Dengan demikian, pada 2 tahun pertama (1993/1994 dan 1994/1995), secara umum Kelas A, Kelas B, dan Kelas C, memerintahkan para anggota BBC, termasuk penulis.

Namun dari kegemaran bermusiknya, Andri menjadi sering terlihat lebih dekat dengan organisasi CRZ (Chromozome), dengan berbagi anggota BBC. Rupanya banyak teman kami yang berbakat di dalamnya (CRZ), yang mana pada saat itu CRZ penulis berafiliasinya dengan GBR (Grab on Road), tanggung jawab dari Organisasi Brigez (Brigade Tujuh). Adapun CRZ banyak anggotanya di Kelas G, diocok: Dadang, Asril dan Guntur (Igun).

Sementara itu, Egi Agliansyah dan Ichsan Nugraha, dua orang kawan sealmamater penulis dan Andri, lebih memilih Brigez sebagai organisasi luaran sekolah kami. Ini mèmang diadakan jauh sebelum operasi Maulana Iqbal ke Kelas E, Maulana Iqbal adalah seorang siswa pindahan dari SMPN 34 Bandung, yang telah lebih dulu berkecimpung dalan Membayar Organisasi Brigez. Jadi teman-teman sealmamater TK Delima dan SD Nilem IV tersebar di berbagai organisasi luar sekolah, bukan hanya satu organisasi tunggal, namun kami tetap mempunyai hubungan pertemanan yang baik meskipun berbèda organisasi. Terutama adanya peranan BBC yang mana keanggotaannya mendominasi secara kuantitas, dapat menjadi penengah manakala terjadi beberapa potènsi perselisihan yang masih dapat ditangani salam dalam kewilayahan kami.

Anèhnya, dalam banyak hal di luar sekolah, yang melahirkan pengetahuan yang berasal dari kegiatan persekolahan normal, dapat mengekang dan memutar tindakan-tindakan yang beresiko lebih fatal di kemudian hari. Itu yang disadari olèh penulis.

Misalnya pada saat penulis mendengar kabar bahwa Andri dan Lita melakukan uji pernafasan dengan penyaksian beberapa teman di luar keanggotaan gèng (organisasi luar sekolah) yang diikuti Andri (BBC), kemungkinan TKPnya di Kelas G yang didominasi olèh CRZ, namun Andri berani mencontohkan meskipun tiada kawannya yang sealmamater TK dan SD, ataupun seorganisasi BBC. Dia jantan, meskipun secara norma bukan hal yang lantas disebut pantas guna kami-kami lakukan pada saat itu.

Kemudian, pada saat saat (+ um) perpisahan angkatan jenjang kami, naiklah Kaliqi_Band ke panggung di depan publik membawakan lagu berjudul: "Cukup Siti Nurbaya"nya Dèwa 19, olèh: Andri Muhammad Taufan (gitaris mèlodi dari Kelas B), Mulya Raharja (vokal dari Kelas A), Indra (dramer dari Kelas B), dan Egi Agliansyah (gitaris ritem dari Kelas E).

Sedang penulis: 3 aytem pelanggaran dilakukan di luar hètèrogènitas seperti yang dilakukan olèh Sang Ticer, telah diungkapkan kepada Gugum dan Ichsan Santana, agar mendapat pengishlahan dari Kiki Rizki R (dari Kelas A) melalui mèdiatori Gugum sebagai pihak yang menurut penulis mèmang dihadirkan olèh Alloh guna bertemu dengan penulis agar diadakan suatu musyawaroh ishlah yang ikhlas di antara beberapa pihak yang dimampukan guna ditanganinya.

Sebagaimana Bimbingan dan Konsèling yang '2 mangkukna' dilakukan olèh sesama anggota BBC Oyster: Ichsan Santana (alumni Kelas A SMPN 13 Bandung), dan Gugum Subagja (alumni Kelas A SMPN 13 Bandung) kepada penulis, yang mana pada masanya kami beraktivitas di dalam organisasi tersebut sambil belajar, namun penulis kebablasan melupakan Kegiatan Belajar Mengajar règulèrnya, meskipun Prosès Belajar Mengajarnya tetap berlangsung di luar kelas règulèr, menunjukkan bahwa solidèritas pada tempatnya dari para alumni Kelas A dalam Organisasi Luar Sekolah yang sama (BBC) masih sangat kuat.

Atas kara-kara kesalahan penulis di luar sekolah yang mungkin telah pernah mempermalukan korps tempat penulis pernah bersekolah pada saat peristiwa terjadi, juga gèng yang mana penulis pernah aktif itu, memerlukan solusi yang tepat, dengan wakalah kepada pihak yang tepat dan juga berhak atas penyelesaiannya.

Ini pengakuan penulis mèmang sangat terlambat, setelah puluhan tahun berlalu dengan berlali, namun daripada tiada sama sekali. Se bab generasi kamipun perlu menuliskan permasalahan serta solusi-solusi kebaikan yang telah kami upayakan sebagai percontohan kepada generasi selanjutnya guna diambil kebenarannya dan disoroti kesalahannya dalam upaya mengetahui aspèk-aspèk benar dan salahnya suatu peristiwa di masa lalu.

Terhadap Mela Parlina, penulis telah mengetahui sebelumnya sebelum kami berada di belakang belajar yang sama di Kelas IA SMP Negeri 13 Bandung, yaitu ketika kami bertetangga di Parakan saat SD. Mela di SDN Cijagra (II?), Sementara penulis dan Andri di SDN Nilem IV, dan Gugum Subagja di SDN Nilem I. Namun indoktrinasi dari Tingkeu (salahsatu di antara beberapa Ibu Majaji penulis) Lihat juga bahwa orang-orang biasa suka diperjodohkan dengan orang lain kaya, yang mana guna mencegah pihak luar merèka dijodohkan dengan sesama saudaranya. Kara ini mengungkapkannya kepada penulis tentang mela pada saat kami belum bersekolah SMP. Maka penulispun merasa minder, dan tiada berharap kepada Mela. Penulispun lalu berakad bersama Amalia Sukma(+wati), teman sekelas penulis dan Andri di SDN Nilem IV, namun Amalia memutuskan penulis saat kami berbèda SMP (Amalia masuk ke SMPN 28 Bandung).

Ternyata kami, penulis dan Mela Parlina menjadi teman sekelas di Kelas A SMPN 13 Bandung. Namun makna kalimat Tingkeu masih melekat dalam pikiran penulis sehingga penulis hanya berteman saja dengan Mela, yang mana di lingkungan tempat kediaman kami saat itu keluarganya dikenal sebagai juragan terkaya. Namun mekanismeu pendidikan dalam hal dèmokrasi di sekolah menengah ini membuat kami justru menjadi pasangan Ketua Kelas dan Wakil Ketua Kelas pada Tahun Ajaran 1993/1994 (Kelas IA, dengan Wali Kelas: Ibu Èmi, merangkap Guru Pendidikan Moral Pancasila (mungkin sekarang menjadi PPkN)). Dan Mela menjalankan peranannya dengan sangat baik.

Tahun Ajaran 1994/1995, penulis menjadi Ketua Kelas lagi, dengan wali Kelas: Ibu Èndang, merangkap Guru Kesenian, dan kali ini bukan dipasangkan dengan Mela Parlina sebagai Wakil Ketua Muridnya, tapi dengan Kiki Rizki Refianti. Secara "prudent", dengannyalah penulis pernah melakukan 3 kali taqrob zina syariat di luar lingkungan dan tanggung jawab korps, namun dikhawatirkan èfèknya mencemarkan nama baik korps kami. Maka kami (Pasangan Ketua Murid Kelas IIA dan Wakil Ketua Murid IIA), bukan pasangan Ketua Murid Kelas IA dan Wakil Ketua Murid Kelas IIA, memohon maaf kepada satuan-satuan korps di mana kami pernah berèksistènsi.

Meskipun demikian, penulis sesalah itu, namun Gugum gunalah yang menjadi kekuatan penulis dalam kara tadi.

Ini objèktif. Sehubungan yang terjadi di antara penulis dengan Gugum saat itu (1994/1995 dan 1995/1996) adalah peringatan secara halus atas pengkhiatan penulis kepada Wakil Ketua, sebagaimana aytem-aytem di luar taqrob zina normal secara syariat di dalam NA tulisan ini. Namun seorang teman penulis dan Andri, yang bernama Yadi Suryadi alias Cècè,

 telah menunjukkan solidaritasnya kepada penulis yang merugikan Gugum atas peringatan halus Gugum kepada penulis dan Kiki. Maka sehubungan tindakan teman sealmamater penulis dan Andri itu (Yadi Suryadi) telah merugikan Gugum Subagja pada masanya dan berhubungan langsung dengan penulis yang dibèlanya, maka tahun ini penulis memintakan pula ishlah dari Gugum atas nama Yadi Suryadi (Cècè), sehubungan ketika Gugum dan Yadi ada kesempatan berjumpa beberapa tahun yang lalu di Mc. DONALD Buah Batu sebagai almamater usaha Gugum, Yadi yang saat itu bersama dengan Maulana Iqbal dan Wulan Sri Andini (keduanya alumni Kelas IIIE SMPN 13 Bandung), belum sempat berishlah dengan Gugum. Dan Gugum telah menjaharkan ishlahnya untuk Cècè kepada penulis.

Sehubungan periode keterjadian adalah dalam masa perwalian Guru Kesenian, adalah hal yang tepat untuk menulis naskah untuk para seni senior: Andri Tic Tic, yang telah menjadi profèsionalismeunya sejak kami SD hingga dalam beberapa waktu terakhir. Dan penulispun tiada lupa bahwa keberaniannya mengadu nafas, telah menginspirasi kepenasaran penulisnya yang terjadilah yang empat paragraf di atas: ungkapkan. 

#TQ to #Clinik clean ANDRI TEACHER.


* Item item yang menjadi hak Gumgum Subagja pleus Ichsan Santana guna-guna penulis memintakan ishlahnya dari yang berhak secara langsung pada saat itu, berhubungan dengan hal-hal yang dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan para teman terdekat kami. Sarang publik yang penulis yang menguraikannya secara langsung sebagai latar belakang dari terjemahan surat an_Nuur ayat 2 hingga 8.


___
Suntingan-1: Sabtu, 17/12/2018: menambahkan tautan ke Ichsan Santana, mengedit paragraf ke-11 dan ke-13 (mengubah penulisan nama Bu Eni, menjadi Bu Herni).

Suntingan-2: Minggu, 02/02/2020: menautkan beberapa URL.

No comments:

Post a Comment